E-KTP ada sejak lama, 2012 (kalau tidak salah). Tapi terus terang saya belum merasakan bedanya E-KTP dengan KTP. Saya masih disibukkan dengan foto copy E-KTP jika berurusan dengan instansi yang perlu identitas diri.
Padahal gambaran peralihan dari KTP ke E-KTP itu mulanya sangat bagus. Jika perlu ke bank, kantor pajak, BPJS, dan semua instansi, data kita sudah bisa diakses dengan cip yang ada di E-KTP tersebut. Cukup gesek, "cling", selesai. Kita tidak perlu lagi sibuk dengan memfoto-copy kartu identitas ini. Berjalan jauh pula.
Tidak muluk-muluk, pemerintah mampu menyelesaikan proyek E-KTP sesuai dengan rencana saja, itu sudah cukup. Baru E-KTP bisa menjadi basis data untuk segala urusan. Sekarang masih jauh. Kekacauan DPT misalnya, adalah tanda tidak berhasilnya proyek E-KTP.
Lalu Sandiaga Uno berjanji akan menyelesaikan semua urusan bangsa dengan E-KTP. Saya kira, dia akan berhadapan dengan urusan yang sangat rumit-sulit yang selama terjadi di proyek E-KTP. Sementara rakyat (biasanya) tidak mau tahu, butuh segera karena (biasanya) terdesak kenyataan hidup sehari-hari.
Dan, saya kira Kiai Ma'ruf Amin juga bukan tidak kepikiran dengan efesiensi yang ditawarkan oleh Sandi. Tetapi, mungkin tidak efektif jika menjalankan program peningkatan mutu manusia (rakyat), harus menunggu terselesaikannya persoalan-persoalan rumit di proyek E-KTP. Wassalam! ***
Sumber : Ayatulloh Marsai
0 komentar:
Post a Comment
Dukung Kami dengan Memberikan Komentar